Sisihkanlah Waktumu untuk Mengenal Kami..


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtbLM72KdTPSzEt_oxic9e7yB2GyENoo-hXhNzXZlevdmLXLAPdfEFEaJyiuVSF0bE_FlIKgqOElHnEvcxW-1wVOve6Dp_gDq8sCCu31LPp9a_an7J9w5OmCTMjomsoJUgFNIY9QEb7RU/s1600/Menyisakan+Ruang.jpg

Di zaman yang serba digital ini semua aktivitas manusia didukung dengan kemajuan teknologi yang begitu pesatnya. Kini manusia dapat berbagi cerita dengan jarak ribuan kilometer dengan menggunakan handphone, untuk menelepon/telepon via video pun bisa dilakukan dengan mudah saat ini. Hal ini memberikan dampak negatif pada proses sosialisasi manusia terhadap masyarakat di sekitarnya, masyarakat kini terjerumus pada hubungan individualistis yang menyebabkan mereka tidak ingin berdinamika dengan masyarakat lain di sekitarnya. Masyarakat pun acuh dengan kesenjangan sosial yang ada saat ini, jika mereka ikut berempati dengan keadaan lingkungannya kini hanya didasari untuk popularitas saja. Kini banyak anak muda yang rela terjun ke lapangan membantu orang-orang pinggiran hanya dengan modus agar ia dipandang ikut berempati dengan dibagikannya dokumentasi di lapangan, dengan begitu banyak orang yang merasa bahwa ia melakukan dengan tulus padahal belum tentu ia melakukan dengan tulus. Banyak orang mengikuti trend saja saat ini, mereka tidak mau mengenal orang-orang pinggiran lebih dalam lagi, untuk mau benar-benar berbagi dalam kesederhanaan, membagi senyum keceriaan, rela menolong tanpa diberikan imbalan.
Di semester awal perkuliahan ini saya dan teman-teman diajak untuk mau berbagi dan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan bantuan kita, dimana kita dengan rela mau membantu tanpa harus meminta imbalan. Di sinilah kita dilatih untuk peka terhadap lingkungan di sekitar kita, untuk mau terlibat langsung dan berdinamika dengan orang-orang yang bersangkutan tersebut. Kami menamai aktivitas kami dengan nama “Proyek Kebaikan” kenapa dinamai demikian? Karena kami dilatih untuk mau melakukan kebaikan tidak hanya untuk sekali dua kali tapi dilakukan dengan berkelanjutan dengan pertanggungjawaban iman kami. Kelompok saya melakukan tiga proyek kebaikan, kebaikan pertama kami menolong seorang bapak penjual makanan kambing dengan membantunya mencuci piring. Bapak itu berjualan di belakang Gereja Blenduk Semarang, saat kami melintas kawan tersebut, kami tidak sengaja melihat bapak tersebut sedang mencuci piring sendirian, beliau mencuci banyak piring sehingga kami berinisiatif untuk menolong dengan membantunya mencuci piring, gelas, dan perkakas lainnya.
Proyek kedua kami membagi-bagikan jilbab kepada ibu-ibu pembersih jalan raya. Sesaat setelah kami membantu bapak tadi dalam mencuci piring, kami jalan-jalan di sekitar Gereja Blenduk Semarang. Kemudian kami berpapasan dengan para pembersih jalan raya sedang istirahat dan menikmati menu makan siang yang sederhana, di situ kami menemui ibu-ibu pembersih jalan raya dan mengajaknya mengobrol sebentar lalu membagi-bagikan jilbab kepada beliau-beliau ini. Di cuaca yang sangat panas tersebut, kami berharap agar jilbab tersebut selain dapat memnutup aurat mereka juga sebagai pelindung kepala mereka dari sengatan sinar matahari dan debu-debu jalanan yang kotor. Proyek ketiga kami adalah membantu tukang kebun salah satu SMA Negeri di Semarang, kami berkunjung ke salah satu SMA Negeri di Semarang dan kami mencari tukang kebun yang sedang bekerja, tetapi sampai di sana kami tidak menemukan tukang kebun sama sekali. Kemudian kami ingin membantu membersihkan taman sekolah dari daun-daun yang berserakan. Begitulah aktivitas kami untuk membantu orang lain dengan ikhlas, keikhlasan mengajarkan kami bahwa segala sesuatu yang dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharakan imbalan akan membuahkan hasil yang luar biasa kepada kami.





Terkadang untuk memulai hal baru memang membutuhkan perjuangan, begitu pula untuk melakukan suatu gerakan gebarakan baru diantara anak-anak muda zaman sekarang. Kami mencoba menyisihkan waktu kami untuk sekedar tahu bagaimana keadaan mereka saat ini, apa yang sedang mereka lakukan, apa yang sedang mereka butuhkan. Dibutuhkan hati yang benar-benar mempunyai tekad untuk berubah untuk melakukan hal itu, karena jika setengah-setengah tidak akan berdampak bagi kehidupan saling berempati.
BERBAGI ITU INDAH!!




Penulis : Yustinus Agrin Wicaksono
Pembimbing : Gregorius Daru Wijoyoko


Kristen Ortodoks Syiria Agama Barukah?



Belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan agama “baru” yang beredar di netizen. Kenapa agama baru? Karena agama ini perpaduan antara Kristen dan Islam. Banyak umat Islam dan non Islam yang mendapat broadcast untuk berhati-hati terhadap agama ini. Lalu apa agama ini dan siapa yang menyebarkannnya?
Sejarah menyebutkan, paham ortodoks lahir dari perselisihan antara Gereja Alexandria, Gereja Roma, dan Kaisar Konstantin. Puncaknya, pada masa Kaisar Bizantium Marqilanus (450-458 M) seabad lebih sebelum Nabi Muhammad lahir di Mekkah (571). Kala itu, tepatnya pada tahun 451, diadakan Majma Khalkaduniyah (Konsili Kalkedonia) dalam hal ketuhanan. Buntut dari konsili ini menimbulkan perpecahan di antara gereja-gereja yang sulit disatukan kembali.
http://at-thaifahmanshurah.blogspot.co.id/2012/06/kristen-mirip-islam-hati-hati-kristen.html

            Ternyata Kristen terpecah menjadi dua yaitu Kristen dan Katolik serta Orodoks. Dimana umat Kristen dan Katolik mengakui al-Masih dengan kedua sifatnya Tuhan dan manusia. Kristen dan Katolik berpusat di Roma dan Bizantium, dipimpin Bapa Laon (440-461). Sedangkan Ortodoks tidak sepaham dengan aliran Kristen dan Katolik. Ortodoks sendiri artinya “menganut ajara agama yang dianggap benar, yang asli”. Penganut Ortodoks sendiri terdiri atas beberapa toifah. Karenanya ada toifah Koptik, Syrian, Armenian, dan Habasah. Sedang ‘aqidahnya’ sama.
Kanisah Ortodoks Syria (KOS) mengklaim punya bukti sejarah, bahwa Injil yang pertama berbahasa Arab Syria. Menurut mereka, bahwa al-Masih &emdash;kalangan penganut KOS pantang menyebut Nabi Isa as dengan Yesus seperti lazimnya digunakan penganut Kristen Katholik/Protestan, tetapi lebih suka menyebutnya dengan al-Masih atau Sayyidina Isa al-Masih&emdash; berbicara dengan menggunakan bahasa Syria. Injil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 643. Hingga sekarang, Injil yang digunakan penganut paham Ortodoks Syria, Irak, Lebanon, dan Mesir, adalah
berbahasa Arab. Memang, antara bahasa Syria dan bahasa Arab terdapat kemiripan dan persamaannya.
Agama Kristen Ortodoks Syria sebenarnya bukanlah agama “baru” agama ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Penganut laki-laki menggunakan peci, perempuan menggunakan jilbab, mereka melakukan salat, puasa yang sama seperti Islam tetapi mereka membaca alkitab berbahasa Arab dan mengakui Yesus (Nabi Isa al-Masih). Mereka melakukan salat 7 waktu dalam sehari berbeda dengan umat Islam yang 5 waktu,
·  Sa’atul awwal (shubuh),                                                                                                     
·  Sa’atuts tsalis (dhuha),
·  Sa’atus sadis (Zhuhur),
·  Sa’atut tis’ah (ashar),
·  Sa’atul ghurub (maghrib),
·  Sa’atun naum (Isya’),
·  Sa’atul layl (tengah malam/tahajud)
Selain tentang salat, KOS juga memiliki pokok-pokok syari’at yang mirip sekali dengan Islam, misalkan:
  1. KOS berpuasa selama 40 hari yang disebut shaumil kabir yang mirip puasa ramadhan.
  2. KOS memiliki puasa sunnah pada hari Rabu dan Jum’at yang mirip dengan Puasa Sunnah senin dan kamis.
  3. KOS mewajibkan kepada jama’ahnya berzakat 10% dari penghasilan kotor (bruto).
  4. Kalangan perempuan KOS juga diwajibkan untuk mengenakan jilbab dan jubbah yang menutup aurat hingga mata kaki.
  5. Pengajian KOS juga sering menggunakan tikar/karpet (lesehan), layaknya umat Islam yang sering mengadakan pengajian dengan hal semisal.
  6. Mengadakan acara Musabaqoh Tilawatil Injil dengan menggunakan Al-kitab yang berbahasa Arab.
  7. Mengadakan acara rawi dan shalawatan ala KOS mirip seperti apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin.
  8. Mengadakan acara Nasyid, bahkan sekarang sudah ada Nasyid “Amin al-barokah“ dan Qasidah Kristen (dengan lirik yang mengandung ajaran Kristen dengan bahasa Arab).
Setiap salat terdiri dari tiga rakaat (satu gerakan). Pada rakaat pertama hanya dilakukan qiyam (berdiri). Pada rakaat kedua rukuk, dan sujud, pada gerakan ini mereka melakukan gerakan tanda salib pula. Doa yang digunakan menggunakan bahasa Arab, Yunani, Aram, dan Ibrani. Lalu dibacakan qari’ah (pujian) dari kitab Mazmur. Pada rakaat ketiga dilakukan pembacaan kanun al imam, semacam syahadat (pengakuan kepada Tuhan). Tak hanya itu, sebelum salat ditunaikan. ada semacam azan, panggilan untuk salat. Dalam panggilan salat ini ada kalimat yang mirip dalam Islam, misalnya hanya alashalah (marilah kita salat). Hayya alassalah bisa/am (marilah kita salat dengan damai). Dan, sebelum acara salat dilakukan, diawali dengan pembacaan Injil.
Di Indonesia, KOS mulai diperkenalkan secara resmi oleh Bambang Noorsena, SH. Berdasarkan akte notaris tertanggal 17 September 1997, Bambang mulai memperkenalkan KOS. Sebelumnya, selama 2 tahun (1995-1997), alumnus Fakultas Hukum Universitas Kristen Cipta Wacana Malang ini, keliling ke Timur Tengah di antaranya Suriah, Damaskus, Mesir, Yordan, Libanon, Palestina, dan Israel, untuk mempelajari pola-pola ajaran KOS. Karena di Indonesia belum mempunyai gereja, kerapkali pengajian-pengajian jamaah KOS ini dilakukan di hotel: di Jakarta, Surabaya, maupun Malang. Sebab itu pula keberadaan KOS di Indonesia masih berbentuk lembaga studi dengan nama 'Studia Syriaca Ortodoxia' berpusat di Malang, Jawa Timur. Dan kini umat KOS itu sudah terdiri dari ratusan umat yang ada di Indonesia.
 Lalu bagaimana sikap kita terhadap hal tersebut? Sebagai umat beriman dan beragama kita tidak seharusnya menjauhi atau negucilkan mereka, kita harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Seperti semboyan Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Dari semboyan negara kita, walaupun kita berbeda-beda agama, ras, dan kebudayaan tapi kita harus tetap bersatu, menghargai, menghormati satu sama lain untuk menghindari pepecahan yang akan terjadi. Maka dibutuhkan iman yang kuat dan mau menerima perkembangan jaman. Tertulis pula dalam alquran :
“1. Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. 4. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. 6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.’”
(al-Kaafiruuna: 1-6)


http://tommyjunkies.blogspot.co.id/2011/04/kristen-ortodok-syiria-di-indonesia.html



Penulis : Yustinus Agrin Wicaksono
Pembimbing : Gregorius Daru Wijoyoko
Sumber :


Kompleks Puja Mandala



Kerukunan antar umat beragama dapat diwujudkan dengan berbagai hal misalnya saja 5 tempat peribadatan di Bali yang terletak di 1 kompleks wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa umat masing-masing agama memiliki toleransi yang sangat besar. Dengan terciptanya kerukunan umat beragama di Bali maka akan menimbulkan dampak positif bagi masyarakatnya misalnya saja para pedagang yang berjualan busana muslim di sana tetap hidup berdampingan dan saling menghargai dengan pedagang kain Bali, hal inilah yang menjadikan agama itu sebagai pemersatu bukan sebagai pemecah. Tempat peribadatan ini bernama Puja Mandala yang terletak di di dekat kawasan BTDC Nusa Dua. 5 tempat peribadatan diantaranya
  • Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Segala Bangsa
  • Vihara Buddha Guna
  • Gereja Protestan GKPB Jemaat Bukit Dua
  • Masjid Agung Ibnu Batutah
  • Pura Jagat Natha Nusa Dua
Hal inilah yang seharusnya kita contoh dalam hidup beragama yang saling menghargai, dan menolong satu sama lain tidak memandang agamanya apa. Dengan begitu maka keutuhan NKRI ini akan tetap terjamin.


http://blog.djarumbeasiswaplus.org/mentarinurindalushando/files/2013/10/puja-mandala.jpg

Penulis : Yustinus Agrin Wicaksono
Pembimbing : Gregorius Daru Wijoyoko